INSTINGJURNALIS.COM - Kabupaten Sinjai merupakan daerah yang dijuluki sebagai Bumi Panrita Kitta nampak sedang dijamuri penyakit sosial bisnis lendir isitlah gaul dari dunia prostitusi merupakan bentuk bisnis pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan.
Istilah open BO sering menjadi pertanyaan banyak orang dan bahkan merupakan bisnis yang menggunakan sarana aplikasi Me Chat bagi laki laki hidung belang.
Dijelaskan oleh salah satu pelanggang Open BO dengan nama samaran "Leo"lelaki dari Sinjai Selatan ini mengakui bahwa kadang 2 kali sebulan atau 1 kali seminggu turun ke Kota Sinjai untuk melampiaskan nafsunya kepada wanita bayaran yang menggunakan aplikasi hijau tersebut.
"dalam transaksi itu ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh si pemakai jasa prostitusi, bayar melalui Transfer atau bayar di tempat (cod) sesuai kesepakatan dalam chat online melalui berbagai aplikasi seperti Me chat dan Whatapps"ungkapnya.
Untuk memakai jasa mereka tak bisa langsung pada saat dihubungi. Namun harus membuat janji terlebih dahulu sesuai dengan kesepakatan antara pria hidung belang dan wanita binal tersebut.
Karena penasaran krew Media instingjurnalis.com menelusuri dunia prostitusi online tersebut,beberapa waktu lalu terbukti bahwa kini banyaknya pengguna aplikasi yang terlihat aktif mulai dari kalangan anak berusia di bawah umur hingga dewasa menggunakan aplikasi tersebut.
Hasil Penelusuran setidaknya terdapat lebih dari 10 akun MiChat yang menawarkan jasa prostitusi sekali buka aplikasi yang keberadaannya terletak di beberapa penginapan sepanjang jalan Pettarani dan Petta Ponggawae penghubung poros Bone-Sinjai, berdasarkan fitur di MiChat muncul akun yang berada di lokasi itu menawarkan jasa prostitusi online.
Wanita penjaja seks ini menawarkan fasilitas dengan harga beragam. Mulai dari,Open cod,Penginapan, 1 jam Rp500ribu ,1x crost Rp 250rb, dengan promosi main rasa pacar, Mijit Rp 150ribu hingga Rp 900 ribu Full Service.
Sekedar dikatahui bahwa bisnis seks komersial tersebut sudah terpasarkan begitu lama di Daerah Kabupaten Sinjai karena kurangnya kepedulian dari Pemerintah Daerah sehingga bisnis seperti itu potensi akan merusak citra falsafah Bumi Panrita Kitta.
Penulis : LUKMAN SARDY
Editor : INSTING JURNALIS
- SIMAK BERITA & ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
- BERLANGGANAN DI CHANNEL WHATSAPP
Komentar0